Laman

Sabtu, 16 Oktober 2010

Beberapa Tips Untuk Mengatur Waktu


1. Membuat Perencanaan
Kita memerlukan perencanaan kerja harian. kenapa? Karena jika kita tidak merencanakannya terlebih dahulu, maka ada kemungkinan kita akan melewatkan waktu-waktu yag seharusnya bisa kita pakai, dan juga untuk mengatasi bentroknya beberapa pekerjaan dalam waktu bersamaan. INGAT... makin banyak waktu yang kita lewatkan untuk merencanakan sesebuah projek, makin sedikit waktu total yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

2. Fokus dan Pusatkan Perhatian

Banyak orang mendapatkan masalah dalam mengatur waktu karena sering melakukan banyak hal sekaligus. Jumlah waktu untuk suatu pekerjaan bukanlah hal yang penting, lebih penting menyediakan waktu yang cukup dan tidak terganggu dengan waktu yang lainnya.

3. Luangkan Waktu Untuk Istirahat
Orang yang melakukan suatu pekerjaan dalam tempo waktu yang lama bukanlah hal yang efektif. Karena kita dapat terganggu dengan stamina dan tenaga yang semakin menurun. Konsentrasi yang buruk dapat membuat pekerjaan tidak berjalan stabil. oleh karena itu, dalam pengaturan waktu, harus juga tercantum waktu istirahat yang cukup agar stamina dan konsentrasi tetap terjaga.

4. Suasana Tenang, Rapi, dan Bersih
Banyak orang bekerja pada tempat yang berantakan seperti meja kerja yang dipenuhi dengan kertas, buku, atau file-file gak penting. Tapi sebenarnya dalam keadaan berkecamuk seperti itu dapat mengganggu tumpuan serta meningkatkan ketegangan seperti orang yang ditimbun batu.

5. Jangan menjadi ‘perfectionist’
Ada perbezaan yang besar antara berusaha mendapat hasil yang baik dan bermati-matian mengejar kesempurnaan. Langkah yang pertama , dapat dicapai,memberi kepuasan dan sihat. Sementara langkah yang kedua, selalunya mustahil, mengakibatkan kekecewaan dan gangguan jiwa. Ia juga mengakibatkan pmbaziran waktu yang sia-sia.

6. Jangan takut mengatakan tidak

Daripada semua teknik menghemat waktu yang pernah dikembangkan, barangkali yang paling efektif ialah selalu menggunakan perkataan tidak. Belajarlah menolak dengan mengunakan kebijaksanaan tetapi tegas terhadap setiap permintaan yang tidak menunjang pencapaian sasaran anda.

7. Jangan menunda-nunda kerja
Penundaan kerja pada umumnya merupakan kebasaan yang sudah berakar umbi. Sungguhpun begitu, kita mampu mengubah kebiaaan ini asalkan kita menggunakan sistem yang tepat seperti putuskan untuk berubah segera setelah anda selesai membaca artikel ini, sementara hati anda tergerak oleh motivasinya. Mengambil langkah pertama dengan segera adalah amat penting. Seterusnya jangan mencuba terlalu banyak perkara dalam waktu yang singkat. Apa yang perlu dilakukan ialah memaksa dirimelakukan pekerjaan yang sudah tertunda sekarang juga.

8. Lakukanlah bedah siasat radikal

Kegiatan membuang waktu sama seperti kanser. Ia menghabiskan tenaga dan cenderung tumbuh semakin besar. Satu-satunya cara penyembuhan adalah pembedahan radikal. Jika anda membuang waktu dalam kegiatan yang membuatkan anda bosan, alihkan perhatian daripadanya kerana ia mensia-siakan tenaga anda. Buanglah kegiatan ini, seklai untuk selama-lamanya.

9. Delegasikan pekerjaan
Anda tidak perlu menjadi pemimpin nasional atau esekutif firma gergasi untuk mampu mendelegasikan pekerjaan. Sebagai peringatan, mewakilkan kepada pekerja bawahan pekerjaan yang tidak disukai oleh anda dan semua orang lain bukanlah mendelegasikannya, tetapi meberi perintah. Belajarlah mendelegasikan tugas yag penuh cabaran dan memberikan imbalan, bersama dengan kuasa secukupnya untuk membuat keputusan yang perlu. Ini dapat membantu melonggarkan waktu anda.

10. Jangan kecanduan kerja

Hampir semua eksekutif berjaya mempunyai jam kerja yang panjang, tetapi mereka tidak membiarkan pekerjaan mengganggu hal-hal yang pentig dalam hidup mereka, seperti bergaul dengan teman-teman dan berbual kosong.Ini membezakan mereka daripada orang yang kecanduan kerja yang sama tarafnya seperti orang yang kecanduan alkohol. Gejala kecanduan kerja mencakupi penolakan untuk mengambil cuti, tidak dapat menyingkirkan pejabat daripada fikiran pada hujung minggu serta isteri dan anak-anak yang asing baginya.


Selengkapnya...

Senin, 16 Agustus 2010

(DETECTIVE CONAN) The Sad Diary




Bel SD Teitan sudah mulai berbunyi. Beberapa murid yang masih berada di luar sekolah, mempercepat langkahnya agar tidak terlambat untuk segera masuk kelas. Seorang gadis kecil berambut coklat kemerahan berjalan santai walau tahu bel sudah berdentang sebanyak 3 kali. Dengan langkahnya yang sangat santai, gadis itu membuka pintu kelas dengan wajah dingin memandang setiap murid yang berada di situ.

"Ai-chan! Kenapa terlambat? Tidak seperti biasanya kamu yang selalu datang tepat waktu." seru seorang gadis kecil berambut hitam pendek menggunakan bando merah muda.

"Tidak apa-apa, Yoshida-san. Aku hanya terlambat bangun tadi." jawab Ai dingin seperti biasanya dan melangkah menuju bangkunya yang berada di samping bocah lelaki berkacamata. Namun, hari ini memang ada yang beda dengan gadis-yang sebenarnya wanita dewasa- itu. Tatapannya begitu dingin menusuk bocah lelaki yang berada di sampingnya.

"Hey, Haibara. Kau tidak apa-apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya bocah itu seraya berbisik.

"Tidak apa-apa, Kudo-kun. Tidak ada masalah dengan dirimu yang selalu penuh misteri dengan teka-teki yang membuat semua orang penasaran." sahut Ai meletakkan tas merahnya di bangkunya.

Conan hanya mengerutkan dahinya penuh keheranan. Haibara Ai atau yang sebenarnya adalah Miyano Shiho, teman sekelasnya dan juga salah satu orang yang mengetahui rahasianya, terkadang suka berbicara aneh yang tak bisa dimengerti orang lain. Sifatnya sangat misterius dan tertutup. Tipe gadis yang dingin dan pendiam tanpa banyak bicara, tak ingin semua orang tahu tentang dirinya. Sampai masalah hatinya sendiri..

XXXXXX

"Ai-chan! Ayo kita makan!" ajak Ayumi menarik-narik tangan Ai. Ai hanya diam menurut ketika tangannya di tarik oleh Ayumi untuk makan bersama.

Suasana kantin begitu ramai. Begitu juga dengan Mitsuhiko dan Genta yang ribut tentang makanannya yang hari itu mereka makan. Namun, Ai tidak peduli dengan semua itu. Ia lebih memilih menyantap sepiring wortel yang berada di depannya daripada harus mendengarkan tawa gurau anak-anak SD itu.

"Haibara, kulihat sejak tadi kau diam tak berbicara sepatah kata pun. Sikapmu pun begitu dingin, walau kutahu setiap hari kau bersikap seperti itu tapi.. Kau lain dari biasanya. Kau ada masalah?" tanya Conan.

Kalau saja Ai mempunyai kesempatan, ia ingin sekali berteriak di depan wajah Conan-yang sebenarnya Kudo Shinichi- tentang apa yang selama ini terpendam di dalam hatinya yang selalu dia kubur dalam-dalam agar semua orang tidak mengetahui itu. Tetapi, Ai bukanlah wanita layaknya secara terang-terangan menunjukkan emosinya. Ia lebih suka memendam rasanya sendirian daripada harus berbagi pada orang lain. Ai tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya.

"Tidak." jawab Ai singkat tanpa melirik Conan sedikit pun. Conan merengut kesal.

"Dasar gadis aneh. Kenapa kau tidak pernah memperlihatkan emosimu kepada semua orang? Kau seperti orang dingin yang tidak mempunyai perasaan."

Beberapa murid langsung keluar dari kelas menuju rumahnya masing-masing setelah mendengar bel pulang telah berdentang. Kelas 1-B sudah sunyi sepi, tinggal seorang gadis tengah merapikan bukunya dan memasukkannya dalam ransel merahnya.

"Bagaimana kalau kita pulang bareng?" tanya Conan muncul dari balik pintu. Ai menatap dingin sosok bocah kecil berkacamata itu dan berjalan melangkah ke arahnya yang ternyata malah meninggalkan Conan.

Conan dan Ai berjalan bersama keluar dari sekolah bersama beberapa murid yang berlari-lari melambaikan tangan ke arah mereka yang hanya disahut oleh Conan. Conan melirik Ai yang ternyata di sadari oleh Ai.

"Kau tidak perlu bertanya-tanya ada apa dengan diriku. Ini hanya permasalahan kecil antara nurani dan logikaku." celetuk Ai tiba-tiba.

"Tapi, kamu lain hari ini. Aku jadi penasaran apa yang terjadi dengan dirimu."

"Hm. Sehandal dan secerdas apapun detektif, tidak akan bisa dengan mudah menebak pikiran seseorang. Walau kau detektif terkenal, kau tidak akan bisa menebak aku dengan mudah." kata Ai tersenyum sinis.

"Conan-kun!" panggil seorang gadis berambut panjang hitam di depan gerbang sekolah melambaikan tangan ke Conan dan Ai.

"Ran? Tumben sekali dia menjemputku. Sebentar ya, Haibara." Conan langsung berlari ke arah Ran yang langsung memberikan senyuman manis kepada gadis cantik itu. Ai diam tanpa berkomentar apa pun.

"Kau lihatkan? Aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan apa yang kumau. Setiap seseorang yang kuinginkan, selalu pergi menjauhi diriku tanpa memberiku kesempatan. Apakah takdir tidak membolehkanku untuk menyayangi walau hanya seorang saja?"

"Eh, Konichiwa Ai-chan!" sapa Ran ketika Ai lewat di hadapannya.

"Konichiwa." jawab Ai dingin tanpa melirik Ran dan terus melangkah meninggalkan Conan dan Ran.

"Conan-kun, apakah Ai-chan membenciku? Tampaknya, setiap kita bertemu, dia selalu memandangku dingin dan sinis. Apakah aku punya salah dengannya?" tanya Ran. Conan melotot kaget.

"Te-tentu saja tidak, Ran-neechan! Mungkin saja itu hanya perasaan neechan. Kan neechan tahu sendiri bagaimana sifat Ai." jawab Conan panik. Ran manggut-manggut. Conan juga merasa bahwa Ai tidak menyukai Ran terlihat dari sikapnya begitu bertemu dengan Ran. Begitu angkuh dan sinis.

Bagi orang biasa, menyimpan emosi dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan stres yang bertubi-tubi. Tapi bagi seorang Ai, hal itu tidak berdampak padanya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya membuat gadis berambut coklat itu tumbuh menjadi sosok gadis yang dingin dan angkuh yang sikapnya selalu membuat orang penasaran. Begitu misterius hingga terkadang kata-kata yang terucap dari bibir manisnya itu tak dapat di mengerti sebagian orang. Baginya, perasaan adalah sesuatu yang sudah musnah terbakar api kebencian di kehidupannya yang lampau.

"Kau sudah pulang, Ai-kun?" sapa seorang pria paruh baya begitu Ai membuka pintu rumah.

"Ya, Professor." sahut Ai singkat lalu melangkah ke kamarnya. Professor Agasa hanya menatap bingung pada Ai yang kali ini berbicara angkuh padanya.

Ai meletakkan ranselnya di atas meja. Membuka sepatu dan pakaian menggantinya dengan yang sandal rumah dan baju katun yang nyaman. Kaki kecilnya melangkah menuju ke sebuah laci dimana dia menyimpan sebuah buku bersampul coklat bercorak daun maple yang kemudian diambil oleh Ai. Memandangnya lama yang akhirnya Ai mengambil sebuah pena dan menuliskan sesuatu di buku itu. Dari raut wajahnya, sudah terlihat bahwa Ai menahan tangis. Bibir bawahnya digigit kuat-kuat agar air mata yang sudah mengumpul di pelupuk matanya.

"Ai-kun, makan siang sudah siap." seru Professor Agasa mengetuk pelan pintu kamar Ai. Ai langsung tersentak kaget dan buru-buru menyembunyikan buku yang dipegangnya di bawah kasur.

"Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya Professor Agasa sambil menyuapkan sesendok sup ke dalam mulutnya.

"Baik."

"Apakah ada pelajaran yang sulit yang tidak bisa kau mengerti?"

"Professor, umurku sudah 20 tahun. Walau tubuhku kecil seperti ini seharusnya kau tahu untuk tidak melontarkan pertanyaan seperti itu." sengit Ai. Professor Agasa tertawa.

"Hahaha. Maaf ya, aku jadi lupa. Maklum saja aku kan sudah tua." seru Professor Agasa menggaruk kepalanya yang err… lumayan plontos itu. Ai makan dalam diam.

"Aku sudah selesai. Dan, aku mau tidur siang." ucap Ai meletakkan mangkuk nasi yang telah kosong itu di depan Professor Agasa dan beranjak pergi. Professor Agasa menaikkan sebelah alisnya heran. Tidur siang? Biasanya, setelah makan dia lebih suka mendekam di ruang penelitian bawah tanah. Kenapa sekarang dia bilang ingin tidur siang?

Sekarang sudah memasuki musim semi. Musim dimana bunga-bunga saling bermekaran dengan indahnya menarik beberapa hewan cantik dengan pesona warna alaminya mengundang kita untuk menikmati segarnya dedaunan bunga-bunga itu. Angin musim semi yang hangat menyapa terkesan ramah ketika kita menikmatinya dengan hati riang. Ai membuka lebar-lebar pintu kamarnya, matanya berputar-putar memperhatikan sekelilingnya dan di bawah jendelanya terdapat kebun bunga lilac segar yang setiap pagi aromanya tercium sangat harum.

Bunga-bunga itulah satu-satunya yang mengetahui rahasia dirinya. Karena menurut Ai, biar pun bunga juga makhluk hidup yang cantik, mereka tidak akan banyak protes dan komentar ketika kita melontarkan semua isi hati kita yang tidak sedang enak. Ai hanya bisa bercerita pada bunga-bunga yang sudah 3 bulan lalu dia rawat dan pelihara. Hanya kepada bunga-bunga itu lah Ai membuka semua suara hatinya. Bunga-bunga itu pun tampaknya tidak keberatan dan selalu berusaha membuat Ai tersenyum dengan warna-warna alami yang ada di kelopaknya. Walau hanya sedikit, setidaknya itu sudah membuat wajah Ai yang dingin itu menjadi seorang gadis yang terlihat sangat manis.

Tiba-tiba matanya menangkap sesosok anak kecil berkacamata yang diketahui sebagai Edogawa Conan sedang berjalan memasuki Professor Agasa. Ai menatap Conan diman Conan tidak menyadari ada seseorang tengah menatapnya dengan tatapan dingin nan sinis sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Professor!" seru Conan memanggil Professor Agasa yang tengah asyik bermain game buatannya.

"Ooh, Conan-kun. Ternyata kau datang. Ada apa?" tanya Professor Agasa memutarkan kursi beroda itu agar bisa berhadapan dengan Conan.

"Sebenarnya, ada yang ingin kutanyakan."

"Apa itu?"

"Kenapa, akhir-akhir ini sikap Haibara terlihat berbeda sekali? Terkesan lebih sinis dan dingin." ucap Conan setengah berbisik takut kalau seseorang yang dibicarakan mendengar pembicaraan mereka.

"Bukankah Ai-kun memang seperti itu?" cetus Professor Agasa.

"Tidak. Bukan itu maksudku. Aku tahu dia setiap hari selalu bersikap dingin tanpa ekspresi. Namun akhir-akhir ini, sikapnya terkesan memusuhi. Terlebih dengan Ran. Kalau melihat Ran, seolah-olah dia ingin membunuhnya saat itu juga. Tatapan mata yang mengandung hasrat penuh kebencian dan dendam." papar Conan seraya berpikir.

"Hooo… Aku tidak pernah mengira kalau kau segitu perhatiannya pada Ai-kun, sampai-sampai kau mengetahui perubahannya." goda Professor Agasa membuat wajah Conan sedikit memerah.

"B-bukan itu maksudku! Aku hanya heran saja dan tidak enak hati pada Ran karena sikap Haibara yang terlihat tidak suka pada Ran." kata Conan sambil merengut karena digoda seperti itu.

"Aku juga tidak tahu kenapa dia bersikap seperti itu. Semenjak kita pulang dari perkemahan Gunung Sanju, dia sudah seperti itu." ucap Professor Agasa. Memang benar, semenjak kepulangan dari Gunung Sanju, sikap Ai terlihat sangat berubah dari biasanya. Conan pun tak tahu mengapa..

Flashback Mode: On

Memasuki musim semi pertama, Professor Agasa mengajak Conan dan Ai serta Grup Detective cilik untuk berkemah bersama di Gunung Sanju yang terkenal dengan padang bunganya yang indah. Apalagi saat musim semi seperti ini, pasti banyak bunga yang bermekaran dan udara yang terasa sejuk dan segar itu.

Benar-benar tak di sangka, ternyata mereka juga bertemu dengan Ran dan Sonoko yang juga tengah berpiknik di Gunung Sanju tersebut menggunakan mobil Sonoko.

"Ran-neechan, ternyata piknik di sini juga ya?" sapa Conan menghampiri Ran yang sedang mengeluarkab barang-barangnya.

"Iya. Tak di sangka kita bisa bertemu di sini ya." sahut Ran dengan wajah cerianya yang bisa membuat Conan salah tingkah.

Dari kejauhan, sepasang mata melihat keakraban mereka berdua dengan hasrat penuh kebencian dan aura yang diliputi rasa ingin membunuh gadis berambut panjang itu. Kalau saja Ai seorang psikopat, mungkin Ran sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Karena masih sore, grup Detektif cilik memutuskan untuk bermain-main di Danau Gunung Sanju yang terkenal dengan keindahan matahari sorenya. Apalagi ketika matahari akan terbenam. Seperti permadani emas yang terbentang indah begitu menyilaukan. Ran dan Sonoko bersepeda ria menaiki Gunung Sanju sambil bercanda gurau. Conan yang melihat itu pun wajahnya sedikit memerah.

"Bukankah dia cantik, menurutmu?" celetuk seseorang di belakang Conan yang sedang sibuk memetik bunga cosmos.

"Haibara, kau mengagetkanku. Euhm.. itu.. mm.." Conan tampak bingung untuk mengungkapkan dan menyusun kata-katanya tentang Ran.

"Kenapa kau gugup begitu? Menyukai seseorang itu kan wajar. Tidak usah malu. Toh, bunga-bunga ini hanya mendengarkan tanpa banyak bicara." kata Ai merangkai bunga-bunga yang dipetiknya menjadi sebuah mahkota kecil.

"Aku tidak tahu kau pandai merangkai bunga." sahut Conan mengalihkan pembicaraan karena wajahnya semakin memerah.

"Memang tidak." ketus Ai beranjak meninggalkan Conan yang terheran-heran di situ.

"Ai-chan! Awas!" seru Ran yang sedang mengendarai sepeda di jalanan menurun, tepat dimana Ai sedang berjalan dan Ran tidak bisa menghentikan kecepatan sepeda itu. Lalu…

BRAKK! BRUUKK!

"Ittai!" seru kedua orang itu. Sonoko, Conan dan grup detektif cilik kaget mendengar suara itu.

"Kak Ran!" seru Conan menghampiri Ran yang mengaduh kesakitan itu.

"Kau tidak apa-apa?"

"Ya, aku tidak apa-apa kok." kata Ran seraya tersenyum.

Ai yang melihat itu merasa sekarang moodnya menurun 180 derajat. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Conan benar-benar menyayangi Ran. Itu tidak masalah, tapi kenapa harus selalu Ran? Kenapa tidak Ai? Padahal, Ai lebih terluka parah daripada Ran. Ran hanya lecet di siku, sedangkan Ai lututnya mengeluarkan banyak darah dan lukanya terbuka lebar. Di tambah lagi, lengannya terkena kerikil batu yang membuatnya tergores dalam.

"Syukurlah kalau tidak apa. Hey Haibara, lukamu parah. Ayo diobatin." seru Conan setelah sadar bahwa Ai terluka.

"Jangan sentuh aku!" bentak Ai seraya bangun dan berlari walau masih tertatih-tatih menahan rasa ngilu yang ada di lututnya. Conan dan Ran heran melihatnya.

"Bukan lututku yang terluka. Bukan tanganku yang terluka. Tapi.. Hatiku yang terluka karena dirimu.. Kamu lebih mementingkan orang yang kau cintai padahal tidak terluka daripada orang yang hanya kau anggap teman tapi terluka parah.." gumam Ai tak sadar bahwa air matanya telah menetes jatuh.

Flashback mode: off

"Menurutmu, apakah ada yang salah denganku? Apakah aku pernah punya salah dengan Haibara?" tanya Conan pada Professor Agasa. Professor Agasa hanya mengangkat bahu.

Karena tak dapat jawaban yang memuaskan, Conan memutuskan untuk pulang. Ketika kakinya melangkah ke luar rumah, ekor matanya menangkap sesosok gadis berambut coklat kemerahan menggunakan gaun putih yang sedang menyiram bunga cosmos dan mawar putih. Wajah mungilnya yang selalu tersembunyi di balik lebat rambutnya kini terekspos jelas karena sinar matahari menyinari wajahnya itu dan angin musim semi yang melambai lembut sedikit menyibak gaun gadis kecil itu hingga membuat jenjang kakinya yang mulus tanpa ada sedikit lecet pun terlihat dengan jelas, membuat bocah kecil berkacamata itu menelan ludah dan wajahnya sedikit memerah.

"Apa yang kau lihat?" cetus Ai tanpa melirik ke arah Conan tetap menyiram tanamannya dengan tenang. Conan salah tingkah.

"Ti-tidak. Aku tidak pernah tahu kau menyukai bunga." ucap Conan memalingkan wajahnya.

"Kapan kau tahu? Memangnya kau peduli tentang aku?" ketus Ai melirik ke arah Conan lalu masuk ke dalam rumah membuat yang di lirik bertanya-tanya.

XXXXXX

Semakin hari Ai semakin menjauhi Conan tanpa alasan yang jelas. Satu-satunya yang mengetahui mengapa Ai bersikap seperti itu adalah buku yang selalu di bawa oleh Ai ketika dirinya merasa sendirian. Entah mengapa Ai merasa hidupnya bukan untuk orang lain. Hidup untuk dirinya sendiri tanpa ada seorang pun yang berada di sampingnya untuk menenangkannya. Menghiburnya. Menemaninya. Semua itu… Hilang.

Ai pun tak mengerti kenapa dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Semua orang yang disayangi selalu pergi menjauhi dirinya. Ketika dia mencari kebahagiaan, hanya kesenduan yang di dapatnya. Saat Ai mulai berpikir untuk mengakhiri hidupnya bersama kepedihan, Conan selalu berkata..

"Dibalik semua kesedihan pasti akan kebahagiaan yang kau cari. Mencabut nyawamu sendiri adalah perbuatan terkonyol dan terbodoh yang pernah kulihat. Kau tahu? Banyak orang yang menyayangimu. Apa kau tega meninggalkan mereka semua?"

"Ya! Aku tega! Aku tega meninggalkan mereka semua karena mereka juga meninggalkanku! Termasuk kau!" teriak Ai melempar buku hariannya ke dinding bercat krem itu. Lembaran-lembaran itu terbuka bebas tertiup angin tak ada satu pun yang melihatnya.

Setegar dan sedingin apapun Ai, dia tetaplah manusia biasa. Seorang gadis biasa. Yang ketika dilukai akan merasakan sakit yang teramat sangat. Dan, dia pun bisa meneteskan air mata, menumpahkan semua emosinya yang selama ini dia pendam. Air matanya mengalir deras membentuk sebuah sungai kecil di antara kedua pipi mungil itu. Bola matanya yang menyiratkan kepedihan itu terus mengalirkan air seperti air terjun kecil. Ai meringkuk, dan menangis sepuasnya tanpa khawatir ada yang mendengarnya.

Namun, tidak. Ai lupa bahwa dia tinggal bersama orang yang saat itu menolongnya ketika tergeletak di depan rumah Kudo. Dan kini, ia sedang menghela nafas pelan mendengar suara isak tangis itu.

Kantor Detektif Kogoro…

"Suit! Suit! Yoko-chan!" seru seorang pria berkumis sedang menonton seorang wanita berambut pirang panjang ikal di televisi.

"Baka… Yang seperti ini mau jadi detektif. Yang ada malah menambah kriminalitas di Jepang." keluh bocah kacamata yang sedang asyik membaca sebuah novel misteri, tentu saja di dalam hati. Bisa-bisa dihantam oleh Kogoro bila Conan berbicara sedemikian keras.

"Ayah, Conan-kun, makan malam sudah siap." kata Ran muncul dari balik pintu dapur.

"Iya!" sahut Conan dan Kogoro bersamaan.

"Enak tidak, Conan-kun?" tanya Ran pada Conan yang sedang asyik menyantap sushi buatan Ran.

"Tentu saja! Enak sekali, Kak Ran!" jawab Conan riang dan makan dengan lahap.

Conan yang sebenarnya Kudo Shinichi itu tentu saja riang bisa makan malam bersama gadis yang disukainya, Ran. Tidakkah dia merasa bahwa dirinya juga ada yang menginginkannya? Conan bukanlah lelaki yang peka terhadap perasaan. Maka dari itu, kenapa Yukiko-ibu Shinichi- selalu bilang kalau Conan itu sama dengan ayahnya, Kudo Yusaku. Terkadang lelaki memang lebih suka berpikir menggunakan logika dan akal sehat yang jelas daripada berpikir dengan naluri dan perasaan. Tapi, tidakkah kau tahu bahwa diluar sana ada yang jauh lebih membutuhkanmu daripada Ran? Membutuhkan kasih sayang yang hangat dari satu orang saja karena selama ini dia selalu sendiri. Tidak ada siapapun.

.

.

.

.

Ai tak percaya dengan semua ini. Benda kecil yang berada di tangannya kini ditatapnya lekat-lekat dengan tatapan tak percaya. Benda berbentuk pil berwarna kuning dan biru itu, ternyata berhasil dikembangkan oleh Ai. Sudah sekian lama Ai meneliti tentang pil itu dan kali ini memang berhasil. Ya, penawar racun APTX 4689 kini sudah berada di tangannya.

Ai senang sekaligus sedih. Dia senang bahwa akhirnya dia bisa menemukan formula untuk membuat penawar racun APTX 4689 yang akhirnya bisa membuatnya dan Conan untuk kembali ke tubuh semula. Dia sedih, karena dia berfikir kalau Conan menjadi sosok Kudo Shinichi kembali, itu artinya… Bocah detektif itu akan kembali ke pangkuan Ran.

"Huh.. Apa yang kupikirkan? Mengapa aku bisa berpikiran seperti itu? Bukankah aku mau membantunya untuk kembali ke bentuk semula? Konyol.." gumam Ai dengan senyum kecil yang sinis.

Tanpa banyak menunggu lama, Ai segera menelan pil kecil yang berada di genggamannya itu. Efeknya langsung terasa. Kepalanya terasa pusing, dan badannya terasa panas seperti terbakar. Berkali-kali dia hampir jatuh dan terjeduk ke meja kerjanya yang akhirnya sebuah lengkingan panjang terdengar dari rumah Professor Agasa.

XXXXX

"Ne… Sudah seminggu ini, Ai-chan tidak masuk. Ada apa ya?" keluh Ayumi memandang keluar jendela.

"Iya. Aku juga tidak mengerti. Bukankah di surat dia tertulis kalau dia sakit flu? Kenapa seminggu belum sembuh juga?" sahut Mitsuhiko.

"Entahlah. Mungkin dia membolos." kata Genta.

"Eeh! Ai-chan bukan orang yang seperti itu!" cetus Ayumi ngotot. Conan yang sedang asyik membaca novel misteri itu langsung mendongak ketika telinganya mendengar nama Ai.

Benar juga, sudah seminggu ini dia tidak melihat Ai masuk sekolah. Kemana dia? Apakah dia kabur? Professor Agasa juga tidak menghubunginya. Biasanya kalau terjadi apa-apa, Professor Agasa akan selalu menghubunginya. Tapi kali ini…

"Hooo… Shinichi-kun, silahkan masuk." seru Professor Agasa begitu tahu Conan datang ke rumahnya setelah pulang sekolah.

"Professor, sudah seminggu Haibara tidak masuk. Kemana dia? Tidak mungkin kau tidak tahu kan?" tanya Conan to the point membuat Professor Agasa langsung terdiam.

Butuh waktu lama untuk membuka suara Professor Agasa karena sedaritadi dia hanya diam tanpa memberi jawaban. Conan yang sudah tidak sabar itu pun tetap menunggu jawaban yang keluar dari mulut pria paruh baya itu.

"Aku hanya… Dititipi ini oleh Ai-kun bila nanti kau mencarinya." ujar Professor Agasa memberikan sebuah kotak kecil seperti cincin kepada Conan. Conan menerimanya dengan heran.

Dibukanya perlahan kotak itu dan ia menemukan sebuah pil kecil berwarna kuning dan biru. Dan juga sebuah catatan kecil.

"Kudo-kun, aku tahu kau pasti mencariku kalau aku tidak masuk sekolah selama satu minggu. Kemana aku pergi kau tidak perlu tahu, yang kau perlu tahu adalah aku sudah menemukan penawar racun yang membuat tubuhmu kecil. Minumlah pil itu dan kau akan kembali seperti semula."

Itulah yang ditulis oleh Ai pada catatan kecil itu. Tentu saja mata Conan membulat saat membaca tulisan itu yang mengatakan bahwa Ai sudah menemukan penawar racun APTX 4689. Bagaimana tidak senang? Sekarang dia bisa menikmati kehidupannya yang sebenarnya kembali. Tapi…

"Shinichi-kun! Kau mau kemana?" tanya Professor Agasa melihat Conan tiba-tiba berlari ke arah kamar Ai sambil meminum pil yang berada di tangannya.

Conan mendobrak pintu kamar Ai hingga menimbulkan getararan kecil seperti gempa. Membuka lemari pakaian Ai dan mengacak-ngacaknya. Entah apa yang dicarinya. Sampai akhirnya, tangannya menyentuh sesuatu yang keras dan tebal yang ternyata sebuah buku. Conan sempat terheran-heran melihat buku yang seperti diary itu. Tiba-tiba, nafasnya tersengal-sengal. Reaksi obat itu ternyata sudah bekerja. Perlahan, Conan membuka buku itu halaman demi halaman.

9 April.

Oneechan, aku rindu padamu. Entah mengapa tiba-tiba aku teringat tentang dirimu. Tahukah kau neechan? Aku ingin sekali bertemu denganmu. Aku sendiri. Aku kesepian. Tanpa ada satu orang pun yang ada di sampingku. Setiap bulir air mataku jatuh, itu adalah seberapa banyak aku merindukanmu. Oneechan.. Harus pada siapa lagi aku bercerita, mencurahkan isi hatiku selain pada kertas-kertas ini?

Conan membalikkan kembali halamannya dan nafasnya semakin terdengar kencang.

12 April.

Diary, apa kau tahu? Selama ini aku selalu mengira kalau aku akan terus sendirian dan kesepian. Tanpa ada orang yang membutuhkan dan menyayangiku. Ternyata aku salah. Ayumi-chan, Mitsuhiko-kun, Genta-kun, Professor Agasa, dan juga bocah itu… Kudo-kun.

Alis Conan saling bertautan ketika Ai menuliskan kata 'bocah itu'. Halaman demi halaman dia buka walau dia tahu sebentar lagi dia pasti akan pingsan karena ia merasa kunang-kunang berada di depan matanya, sampai akhirnya ia membaca halaman terakhir. Halaman itu penuh dengan bercak air yang sudah mengering.

14 Agustus.

Inikah yang namanya perasaan cinta? Begitu menyesakkan dan terasa menyakitkan. Kenapa? Kenapa Tuhan? Kenapa kau tidak pernah mengijinkanku untuk menyayangi seseorang? Kenapa setiap aku mencintai dan menyayangi seseorang, kau selalu mengambilnya dariku? Kau selalu menjauhkan mereka dariku. Apakah aku tidak berhak untuk mendapatkan kebahagiaan? Apa kau menciptakanku untuk disiksa oleh penderitaan yang suram? Termasuk dia?

Conan mengerutkan dahinya. Dia? Dia siapa? Kenapa Ai berbicara seperti ini? Conan tidak pernah tahu kalau Ai ternyata seperti layaknya gadis biasa yang suka menuliskan hal-hal pribadinya di buku karena takut orang lain mengetahuinya. Ia melanjutkan kembali membacanya.

Aku tahu aku tidak sempurna. Tidak ada yang sempurna di dunia ini kan? Aku hanyalah seorang pengkhianat. Yang kematian paling diinginkan oleh orang-orang yang selama ini sudah kusakiti. Namun… Bolehkah aku jatuh cinta? Walau sekali saja. Hanya sekali, Tuhan.. Bolehkan aku dicintai orang yang aku cintai? Aku tahu aku tidak bisa menyaingi gadis itu! Aku tidak bisa menyaingi gadis bernama Mouri itu! Dia terlalu sempurna! Tidak heran, mengapa dia bisa menyukai gadis Mouri itu. Tapi… Aku mencintainya.. Aku sudah berusaha membunuh perasaanku, seperti halnya aku membunuh orang lain tapi.. Aku.. Tidak bisa.. Kenapa? Kenapa kau biarkan aku jatuh cinta padanya kalau kau tidak mengijinkan aku bahagia? Kenapa harus dia? Bukan orang lain? Dia terlalu sempurna untukku. Kenapa Tuhan? KENAPA? AKU MENYUKAINYA! AKU MENYAYANGINYA! AKU MENCINTAINYA! AKU MENCINTAI KUDO-KUN! KENAPA KAU BUAT AKU MENCINTAINYA? Kalau sebenarnya… Dia diciptakan untuk orang lain.. Bukan untukku.. Sakit.. Sakit, Tuhan.. Tolong.. Jangan siksa aku… Kudo-kun… Jangan siksa aku… Melihatmu bersama Mouri-san, sudah menyakitiku. Sudah.. cukup.. jangan sakiti aku.. Jangan lagi… Cukup sudah aku kehilangan orang yang kusayangi… Tuhan benar-benar membenciku..

Mata Conan membulat tak percaya membaca semua tulisan tangan Ai. Mencintainya… Ai mencintainya. Ya, Ai mencintai Conan. Tepatnya, Shiho mencintai Shinichi. Kenapa dia tidak pernah menyadarinya? Kenapa dia tidak pernah mengetahuinya? Karena inikah, ibunya selalu bilang kalau dia tidak peka terhadap perasaan pada seorang wanita? Ya… Conan memang tidak peka. Dia tidak romantis. Tapi, setidaknya dia bisa merasakan apa yang dirasakan Ai bila sekarang Conan berada di sisi Ai.

"Kudo-kun?" seru seseorang di depan pintu. Conan yang termenung sendiri itu terkejut dengan kehadiran gadis tinggi semampai berambut coklat kemerahan sedang memandangnya dengan tatapan cemas dan ketakutan yang langsung dikenali oleh Conan itu adalah Ai yang telah berubah menjadi sosok aslinya, Miyano Shiho.

"Ha-haibara?" Ai terkejut ketika ia melihat Conan sedang memegang buku diarynya di halaman terakhir. Ia langsung merebut buku itu dari genggaman Conan.

"Inikah kerjaan seorang detektif? Melihat-lihat isi barang pribadi orang lain?" bentak Ai marah. Sangat marah. Terlihat dari raut wajahnya yang memerah dan menegang. Ai mengetahui kalau Conan telah meminum penawar racunnya karena terlihat dari wajahnya yang memerah menahan panas, namun itu tidak menyurutkan mood Ai yang sedang marah besar pada pria yang dicintainya ini.

"Ma-maaf. A-aku tidak sengaja melihatnya.." sahut Conan tak bisa berbicara lancar.

Bibir Ai bergetar. Conan mengetahui itu. Itu tandanya Ai sedang berusaha agar air matanya tidak keluar karena tidak mau dianggap cengeng oleh Conan. Padahal, Conan sendiri pun tak keberatan bila gadis dihadapannya menangis sekencang-kencangnya. Melepaskan semua perasaan terpendam di hatinya yang selama ini terkubur dalam-dalam. Ai membalikkan badannya dan bergegas meninggalkan Conan.

"Haibara…" panggil Conan memegang tangan Ai untuk mencegahnya pergi.

"Apa yang kau mau?"

"Maafkan aku…"

"…"

"A-aku sudah tahu semuanya. Hhh.. Maafkan aku yang tidak peka padamu. Dan… hhh.. beri aku…"

"Tidak ada kesempatan, Kudo-kun. Karena aku tahu. Walau pun aku memberimu kesempatan untuk mencoba membalas perasaanku namun… Itu tidak akan merubahmu untuk tetap mencintai Ran. Bila pun kau membalas perasaanku… Itu karena hanya sebatas kasihan. Kau kasihan padaku. Bukan karena cinta padaku juga." kata Ai menyela kata-kata Conan sebelum Conan mengatakan apa yang sudah dikatakan Ai. Bagaimana bisa gadis itu membaca pikirannya?

Satu tetes air mata telah mengalir dari bola mata bening Ai yang tidak diketahui Conan. Conan masih saja menggenggam tangannya erat seakan mencegahnya untuk jangan pergi.

"Ha-haibara.. Aku…"

"Aku harus pergi." Ai melepaskan tangan Conan dari lengannya dan meninggalkan Conan yang berusaha mengejarnya.

"Haibara! Haibara tung—Ugh! A-akh… Aarrggh! Aaaaahhhhhhhh!" sebelum Conan berhasil mengejar Ai, dia sudah pingsan terlebih dahulu..

XXXXX

20 menit kemudian, Conan membuka matanya perlahan. Setelah sadar sepenuhnya, dia mencoba bangun dari tidurnya walau dirasakannya kepalanya masih terasa sangat berat. Matanya melihat sekeliling yang langsung diketahuinya bahwa dirinya sedang berada di kasur empuk bersama selimut yang hangat.

"Sudah bangun, Shinichi-kun?" sapa seorang pria paruh baya meletakkan segelas air di meja samping Conan.

"Professor Agasa.. Apa yang terjadi?"

"Kau pingsan setelah meminum pil buatan Ai-kun." jawab Professor Agasa singkat. Conan langsung ingat apa yang terjadi. Ia segera bangun dan bercermin.

"A-aku… Kembali?" seru Conan ehm—Atau Shinichi yang sekarang melihat tubuhnya sudah kembali seperti normal. Tentu saja dengan memakai pakaian.

"Dimana Haibara? Kemana dia?" tanya Shinichi memaksa Professor Agasa sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya.

"D-dia bilang kalau mau ke bandara…" jawab Professor Agasa terkejut karena tubuhnya di guncang-guncang oleh Shinichi.

Tanpa banyak bicara, Shinichi langsung melesat keluar dan mengambil kunci mobil yang ada di meja.

"Shinichi-kun, kau mau kemana? Hoy!" panggil Professor Agasa tetapi Shinichi terus berlari tanpa mendengarkan panggilan namanya.

Shinichi melesat keluar dari rumah Professor Agasa menggunakan VW kodok kuning milik Professor Agasa. Ia mengebut secepat kilat agar cepat sampai ke bandar. Ada apa sebenarnya? Kenapa Ai ke bandara? Memang dia mau kemana? Dengan siapa? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di kepala Shinichi yang membuatnya harus menginjak pedal gas semakin kencang.

"Shiho, ayo. Pesawat sebentar lagi akan take off." ujar seorang pria berambut pirang dan berkacamata beranjak dari duduknya yang berada di samping Shiho.

"Iya, Tomoaki-kun. Sebentar lagi…"

Tak sampai 15 menit, Shinichi sudah memasuki pekarangan bandara. Ia buru-buru keluar dari mobilnya dan berlari secepat mungkin agar bisa segera menemukan Shiho.

"Hey, hey, kamu mau kemana? Pintu ini khusus penumpang pesawat, pengantar dilarang masuk!" seru seorang satpam mencegat langkah Shinichi untuk masuk ke bandara.

"Tapi saya harus ke dalam sana, Pak! Harus ada yang saya cari!" kata Shinichi ngotot. Ekor matanya menangkap sosok gadis berambut coklat kemerahan yang dikenalinya adalah Ai dalam wujud aslinya, Shiho. Namun, yang membuat Shinichi heran, siapa lelaki yang sedang menggandeng tangan Shiho?

"Haibara!" teriak Shinichi memanggil Shiho. Shiho samar-samar mendengar nama samarannya di panggil namun dia mengacuhkan karena mengira itu hanya ilusinya.

"Ada apa, Shiho?" tanya Araide ketika Shiho menghentikan langkahnya sejenak.

"Tidak apa." sahut Shiho melangkah kembali bersama Dr. Araide dan sesekali menengok ke belakang.

"Haibara! Biarkan aku masuk!" Shinichi mendorong satpam itu hingga jatuh dan mengejar Shiho yang hendak naik pesawat itu.

"Apa? Apa yang terjadi? Mengapa Haibara bisa berkenalan dengan Dr. Araide? Kenapa Haibara bisa kenal dengan Dr. Araide?"

Shinichi berlari sekencang-kencangnya tak peduli dengan satpam yang sudah memanggilnya berkali-kali dan berusaha menangkapnya, yang di pikiran Shinichi saat ini adalah bagaimana caranya supaya Shiho bisa mendengar teriakannya dan menghentikan langkah Shiho untuk menengok ke arahnya.

Yah, manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Terlambat. Satu kata yang kini ada di dalam pikiran Shinichi sekarang. Matanya yang tajam seperti elang yang bisa membuat ribuan gadis berteriak histeris hanya melihat tatapan matanya yang begitu tajam menusuk, kini hanya bisa melihat pesawat putih tujuan Jepang-Amerika tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Lututnya lemas, ia terduduk. Pandangannya kosong. Tak peduli dengan satpam yang sudah menarik-narik dirinya untuk keluar.

Selama seminggu itulah yang bisa membuat Shiho bertemu dengan Dr. Araide. Selama seminggu semenjak Shiho kembali ke tubuh normalnya, ia memutuskan untuk menyendiri sementara di sebuah penginapan di pinggiran kota. Dia tidak ingin seseorang menganggunya karena kini dia sudah bisa bertingkah sesuai usianya. Ketika sedang berjalan-jalan sendiri di Shibuya, tak sengaja Shiho dan Dr. Araide bertemu. Entah mengapa baru awal pertemuan, Dr. Araide tertarik melihat Shiho atau mungkin jatuh hati pada Shiho yang memiliki paras dan fisik yang lumayan. Selain itu, juga mengetahui ternyata Shiho adalah seorang professor yang bisa membuat bermacam-macam obat dan itu artinya dia sangat cerdas dan pandai. Dr. Araide menyukai gadis seperti itu. Semenjak pertemuan itulah mereka sering bertemu.

Makan, jalan-jalan, bersantai selalu dilalui berdua. Shiho pun merasa nyaman berada di sisi Dr. Araide. Selain orangnya sangat santai, dia juga pria yang pengertian dan sangat peka. Maka dari itu, ketika Dr. Araide mengajaknya untuk ke Amerika untuk dikenalkan pada keluarganya di sana, Shiho tidak menolak. Ia berfikir mungkin hidup di Amerika lebih baik daripada di Jepang yang hanya melihat Shinichi dan Ran menjalin kasih di depan matanya. Itu hal yang sangat menyakitkan. Shiho berniat melupakan Shinichi. Dan dia berharap, dengan kedatangan Dr. Araide ini bisa merubah kelakuan dan cintanya..

"HAIBARA!"

.

.

.

.

END…

Diambil Dari "http://m.fanfiction.net/s/6091085/1/"
Selengkapnya...

Minggu, 15 Agustus 2010

Pantangan Sebelum Tidur


1. Kafein
Anda harus menghindari minuman dan makanan yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, beberapa minuman ringan, dan coklat, beberapa jam sebelum tidur. Kafein adalah unsur kimia yang alami yang mengaktifkan pusat sistem saraf, yang berarti bahwa kafein dapat mempercepat jalannya syaraf dan proses pemikiran atau perhatian. Bagi orang yang sensitif terhadap kafein, rasa gairah yang ditimbulkannya menjadi tidak nyaman, membuat mereka merasa gugup dan agak sakit. Jika Anda meminum minuman yang mengandung kafein terlalu dekat jaraknya dengan waktu tidur, maka kafein akan membuat Anda tetap terjaga.



2. Alkohol
Walaupun banyak orang yang menggunakan alkohol untuk membantu mereka santai sebelum tidur, namun efeknya lama-kelamaan akan berkurang, sehingga mereka bangun di tengah malam. Seiring dengan waktu, alkohol akan menyebabkan tidur menjadi kurang berkualitas, sehingga tidur hanya akan menjadi sebuah rutinitas dalam hidup. Jangan meminumnya seperti Anda meminum obat tidur. Dan jika Anda mempunyai insomnia, menjadi sebuah saran yang kuat untuk menghindari alkohol untuk beberapa minggu untuk melihat apakah masalah tidur Anda terselesaikan.

Alangkah baiknya jika kita bisa menghentikan kebiasaan minum alkohol ini, terutama untuk Anda yang cewek, banyak keburukannya ketimbang manfaatnya. Dan itu sudah terbukti dalam berbagai penelitian.


3. Makanan berat

Makan menu makan malam yang besar, atau bahkan cemilan besar sebelum tidur, akan membuat Anda mengantuk, tapi tidur tidak akan benar-benar nyenyak. Ketika Anda berbaring dan mencoba untuk tidur, pencernaan Anda akan melambat, membuat Anda merasa nyaman, dan bisa jadi membuat Anda terbangun. Sebaiknya Anda makan malam yang tidak lebih dari 600 kalori, dan paling tidak tiga jam sebelum tidur.





4. Jangan minum 90 menit menjelang tidur


Sebuah saran terbaik bagi mereka yang sering terbangun di tengah malam untuk ke kamar kecil adalah dengan tidak minum air dalam waktu 90 menit sebelum tidur. Membutuhkan waktu sekian lama bagi tubuh Anda memproses cairan jenis apapun. Jika Anda harus minum air untuk minum obat, minumlah sesedikit mungkin. Jika obat tersebut membutuhkan satu gelas penuh air, minumlah sesore mungkin jika mungkin.


Selengkapnya...

Kamis, 12 Agustus 2010

Cara Memakai Busana Muslimah / Jilbab yang Baik



Alhamdulillah saat ini banyak wanita muslim yang mengenakan busana muslimah/jilbab. Ada yang sudah berpakaian sesuai tuntunan agama. Ada pula yang meski sudah memakai jilbab, namun masih jauh dari ajaran Islam.

Sebagai contoh, ada yang memakai jilbab, namun jilbabnya tidak menutupi dada. Parahnya lagi, dia memakai kaus dan celana yang ketat sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas. Akhirnya timbul keanehan, memakai jilbab tapi kok terlihat seksi ya?

Nah tulisan ini bukan bermaksud untuk mengecam. Tapi untuk memberikan pencerahan agar kita tahu cara berpakaian yang benar menurut ajaran Islam.

Pakaian Islam harus menutup seluruh aurat.

AURAT lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Paha itu adalah aurat.” (Bukhari)

Pakaian Islam tidak boleh menampakkan tubuh atau jarang.

Dari Saidatina Aisyah bahawa satu hari kakaknya, Asma binti Abu Bakar datang mengadap Rasulullah SAW sedang ia berpakaian tipis (jarang). Melihatkan keadaan itu, Rasulullah SAW terus berpaling muka.” [HR Abu Daud]

Kadang ada pakaian yang meski menutup seluruh tubuh, namun serat kainnya begitu jarang persis seperti kain kasa atau transparan seperti plastik. Akibatnya tubuh atau warna kulit pun terlihat jelas seolah-olah telanjang.

Rasulullah SAW bersabda: “Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh.” (Muslim)

Pakaian juga tidak boleh ketat sehingga bentuk tubuh terlihat jelas.

Pakaian juga tidak boleh untuk bermegah-megahan atau bermewah-mewahan.

”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takaatsur 1]

Pakaian tidak boleh berlebihan sehingga menimbulkan perasaan sombong atau congkak ketika memakainya. Contohnya sering kita melihat para bangsawan yang bajunya begitu mewah dan panjang sehingga terseret-seret di lantai sementara dagunya menghadap ke atas dengan rasa sombong.

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan pakaiannya dengan sombong. (Shahih Muslim No.3887)

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Ia melihat seorang lelaki menyeret kainnya, ia menghentakkan kakinya ke bumi, lelaki itu adalah pangeran Bahrain. Ia berkata: Pangeran datang, pangeran datang! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan kainnya dengan kecongkakan. (Shahih Muslim No.3893)

Jadi kalau ada yang memakai pakaian mahal misalnya dengan harga 5 dinar ke atas atau Rp 5 juta ke atas sambil membanggakan kepada temannya, ini aku beli seharga Rp 5 juta, niscaya itu sudah tidak Islami lagi.

Seharusnya yang sederhana saja dan tidak berlebihan sehingga sisa uangnya bisa dipakai untuk sedekah membantu fakir miskin.

Pakaian Lelaki harus berbeda dengan pakaian wanita. Tidak boleh lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki meski mungkin itu hanya untuk memancing tawa/lelucon.

Rasulullah SAW bersabda: “Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan.” (Bukhari dan Muslim)

Baginda juga bersabda bermaksud: “Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki.” (Abu Daud dan Al-Hakim).

Wanita boleh pakai sutera. Namun lelaki tidak boleh.

Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat.” (Muttafaq ‘alaih)

Hendaknya saat keluar rumah para wanita mengenakan jilbabnya.

”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al Ahzab 59]

Hendaknya kerudung dipakai hingga menutupi dada.

”Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” [An Nuur 31]

Di bawah contoh pemakaian busana muslim yang tidak sesuai menurut Islam. Jangan sampai pakaian istri, anak-anak perempuan, atau pun saudara-saudara perempuan kita termasuk dalam contoh-contoh tersebut. Terakhir ada contoh berpakaian muslimah yang benar.


Gambar 1

Kesalahan pada gambar ini :

Kerudung tidak menutupi dada

Allah S.W.T berfirman dalam surat An Nur ayat 31 ” .. dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya … “


Gambar 2

Kesalahan pada gambar ini :

* Kerudung tidak menutupi dada
* Rok yang dipakai kurang panjang

Menurut riwayat Imam Tarmizi dan Nasa’i, dari Ummu Salamah r.a. “Ya Rasulullah, bagaimana perempuan akan berbuat kain-kain mereka yang sebelah bawah?“

Sabda Rasulullah S.A.W : “Hendaklah mereka memanjangkan barang sejengkal dan janganlah menambahkan lagi keatasnya“


Gambar 3

Kesalahan pada gambar ini :

 Pakaian ketat dan menampakkan bentuk tubuh

Rasulullah bersabda ” hendaklah kamu meminjamkan dia baju yang panjang dan longgar itu “

 Make up yang sangat tebal

Allah SWT berfirman dalam surat Al’Araf ayat 31 : ” Wahai anak cucu Adam. Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan ”



Gambar 4

Kesalahan pada gambar ini :

 Kerudung tidak menutupi dada

 Lengan blus pendek

 Rok yang dipakai pendek

 Tidak memakai kaos kaki

” Dan katakanlah kepada para perempuan beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasan (auratnya) kecuali yang bisa terlihat….” Surat An Nur, ayat 31



Gambar 5

Kesalahan pada gambar ini :

 Lengan blus pendek

 Tidak memakai kaos kaki

* Rok yang dipakai berbelah di depan

” Barang siapa yang memakai pakaian yang mencolok mata, maka Allah S.W.T akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti “ [HR Ahmad, Abu Daud, An Nasa'i dan Ibn Majah]



Gambar 6

Kesalahan pada gambar ini :

* Kerudung tidak menutupi dada
* Pakaian ketat menampakkan lekuk tubuh
* Blus yang dipakai pendek
* Tidak memakai kaos kaki

“Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi yang telanjang yang condong kepada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya” [Bukhari dan Muslim]

Apakah cara berpakaian anda meski sudah menutup kepala masih banyak salahnya?

Lalu bagaimana contoh berpakaian yang benar?

Silahkan lihat di bawah ini.






Rasulullah S.A.W telah bersabda :

“Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan” (H.R. Abu Daud)

Memang berat untuk mengenakan busana Muslimah yang baik dan sesuai ajaran Islam. Seperti pengalaman pribadi yang dituturkan oleh satu penulis sumber ini. Mungkin busana muslim yang baik itu seperti ibu-ibu, tidak modis, tidak seksi, dan sebagainya. Tapi itulah yang benar.

Dan menurut dia banyak juga kok saat ini busana Muslim yang baik tapi tetap terlihat modis dan anggun.

Selengkapnya...